--> Skip to main content

Mengenal Cara Berpikir Ilmiah ala John Dewey: Tahapan dan Refleksi dalam Pemecahan Masalah

Berpikir ilmiah adalah salah satu pendekatan yang sangat penting dalam menghadapi masalah di berbagai aspek kehidupan. John Dewey, seorang filsuf Amerika, menawarkan pendekatan yang mendalam dan sistematis tentang bagaimana kita seharusnya berpikir ketika dihadapkan pada masalah yang memerlukan solusi. Metode berpikir ilmiah yang diperkenalkan oleh Dewey tidak hanya relevan bagi para ilmuwan, tetapi juga bermanfaat bagi siapa saja yang ingin membuat keputusan yang lebih baik dan terinformasi dalam kehidupan sehari-hari.

Dalam artikel ini, kita akan menjelajahi tahapan berpikir ilmiah menurut John Dewey, serta bagaimana langkah-langkah tersebut dapat diterapkan secara praktis. Selain itu, kita juga akan melihat bagaimana T. L. Kelley memperluas konsep ini dengan menambahkan satu tahap lagi, yang dikenal sebagai refleksi atau pemikiran reflektif (reflective thinking).

Berikut adalah cara berpikir ilmiah menurut John Dewey dalam Sutrisno Hadi (1984) menjelaskan taraf berpikir ilmiah sebagai berikut:

Pemimpin tim memimpin diskusi di ruang rapat dengan grafik dan diagram yang menggambarkan cara berpikir ilmiah menurut John Dewey di layar proyektor

1. Kebutuhan untuk Menyelesaikan Masalah (The Felt Need)

Tahapan pertama dalam cara berpikir ilmiah menurut Dewey adalah identifikasi kebutuhan atau the felt need. Ini adalah momen awal ketika seseorang menyadari adanya masalah yang perlu diselesaikan. Misalnya, dalam kehidupan sehari-hari, kita mungkin merasa ada sesuatu yang tidak berjalan sesuai rencana atau terjadi kejadian tak terduga yang memerlukan penjelasan. Pada tahap ini, manusia mulai mencari cara untuk menyesuaikan alat dengan tujuan mereka atau untuk memahami peristiwa yang baru saja terjadi. Identifikasi kebutuhan ini adalah langkah awal yang sangat penting karena memicu seluruh proses berpikir ilmiah.

2. Menegaskan Masalah (The Problem)

Setelah merasakan adanya kebutuhan atau masalah, langkah berikutnya adalah menegaskan persoalan tersebut dalam bentuk perumusan masalah yang jelas. Tahap ini sangat krusial karena tanpa perumusan masalah yang tepat, seluruh proses pemecahan masalah bisa saja salah arah. Dewey menekankan bahwa perumusan masalah harus dilakukan secara hati-hati, agar semua aspek yang relevan dapat diidentifikasi dan dipertimbangkan.

3. Merumuskan Hipotesis (The Hypothesis)

Tahap ketiga adalah merumuskan hipotesis atau kemungkinan solusi untuk masalah yang telah diidentifikasi. Pada titik ini, individu mulai mempertimbangkan berbagai pilihan pemecahan masalah. Hipotesis ini dibentuk berdasarkan teori, dugaan, dan pengalaman sebelumnya. Dalam praktiknya, hipotesis adalah asumsi yang akan diuji kebenarannya melalui pengumpulan dan analisis data.

4. Mengumpulkan Data sebagai Bukti (Collection of Data as Evidence)

Selanjutnya, Dewey menjelaskan pentingnya mengumpulkan data sebagai bukti untuk mendukung atau menolak hipotesis yang telah dirumuskan. Pengumpulan data ini harus dilakukan secara sistematis dan logis, menggunakan metode yang sesuai dengan sifat masalah yang dihadapi. Tahap ini merupakan dasar dari seluruh proses berpikir ilmiah, karena keputusan akhir akan sangat bergantung pada validitas dan reliabilitas data yang dikumpulkan.

5. Membuat Kesimpulan (Concluding Belief)

Setelah data dikumpulkan dan dianalisis, langkah berikutnya adalah membuat kesimpulan. Kesimpulan ini harus didasarkan pada data yang telah dianalisis secara cermat. Dalam konteks berpikir ilmiah, kesimpulan yang diambil bukanlah akhir dari proses, melainkan titik di mana seseorang memutuskan apakah solusi yang diusulkan valid atau tidak. Kesimpulan ini kemudian akan menjadi dasar bagi tindakan lebih lanjut atau untuk memecahkan masalah serupa di masa depan.

6. Menilai Nilai Umum dari Kesimpulan (General Value of the Conclusion)

T. L. Kelley menambahkan tahap tambahan yang dikenal sebagai penilaian nilai umum dari kesimpulan atau general value of the conclusion. Tahap ini melibatkan evaluasi implikasi dari kesimpulan yang diambil. Jika solusi dianggap tepat, maka langkah selanjutnya adalah menyusun strategi baru atau menilai apakah solusi tersebut dapat diterapkan pada situasi lain di masa depan. Dewey menyebut tahap ini sebagai pemikiran reflektif (reflective thinking), yang memungkinkan seseorang untuk menilai kembali proses yang telah dilalui dan mencari cara untuk meningkatkan efektivitas pemecahan masalah di masa depan.


Pentingnya Pendekatan Ilmiah dalam Kehidupan Sehari-hari

Pendekatan ilmiah tidak hanya relevan di dunia akademis atau laboratorium, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Setiap kali kita dihadapkan pada pilihan atau masalah yang kompleks, menggunakan cara berpikir ilmiah dapat membantu kita membuat keputusan yang lebih baik. Dengan mengikuti langkah-langkah yang diusulkan oleh Dewey, kita dapat memastikan bahwa keputusan yang kita buat didasarkan pada bukti yang kuat dan analisis yang cermat, bukan pada asumsi atau prasangka yang tidak berdasar.

Sebagai contoh, bayangkan Anda sedang merencanakan liburan. Anda mungkin merasa perlu untuk menentukan tujuan yang akan memberikan pengalaman terbaik (the felt need). Setelah itu, Anda akan mulai mempertimbangkan berbagai faktor seperti cuaca, biaya, dan aktivitas yang tersedia di berbagai lokasi (menegaskan masalah). Selanjutnya, Anda mungkin membuat hipotesis tentang lokasi mana yang paling sesuai dengan kebutuhan Anda, misalnya, "Jika saya pergi ke Bali, saya akan menikmati kombinasi antara budaya, alam, dan pantai" (merumuskan hipotesis). Anda kemudian mengumpulkan data, seperti membaca ulasan online atau berbicara dengan teman yang pernah berlibur ke sana (mengumpulkan data sebagai bukti). Akhirnya, Anda membuat keputusan dan memesan perjalanan Anda (membuat kesimpulan), dan setelah kembali, Anda mengevaluasi apakah pilihan tersebut memenuhi harapan Anda atau tidak (menilai nilai umum dari kesimpulan).

Menerapkan Pemikiran Reflektif dalam Pembelajaran dan Pendidikan

Pemikiran reflektif, seperti yang dijelaskan oleh Dewey dan diperluas oleh Kelley, sangat penting dalam konteks pembelajaran dan pendidikan. Guru dan pendidik dapat menggunakan pendekatan ini untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir kritis. Alih-alih hanya menerima informasi secara pasif, siswa diajak untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dengan terus mempertanyakan, menganalisis, dan mengevaluasi apa yang mereka pelajari.

Sebagai contoh, ketika mempelajari konsep-konsep ilmiah yang kompleks, siswa dapat diajak untuk merumuskan hipotesis mereka sendiri tentang bagaimana suatu fenomena terjadi, kemudian mengumpulkan data melalui eksperimen atau penelitian untuk menguji hipotesis tersebut. Setelah itu, mereka dapat membuat kesimpulan berdasarkan hasil yang diperoleh dan akhirnya merefleksikan proses pembelajaran mereka. Pendekatan ini tidak hanya memperdalam pemahaman siswa, tetapi juga membekali mereka dengan keterampilan yang akan berguna sepanjang hidup mereka.

Refleksi dalam Kehidupan Profesional

Dalam dunia profesional, refleksi adalah alat yang sangat berharga untuk pengembangan karir dan peningkatan kinerja. Banyak profesional sukses yang rutin meluangkan waktu untuk merenungkan pengalaman kerja mereka, menilai apa yang telah mereka capai, dan mencari cara untuk menjadi lebih efektif dalam pekerjaan mereka. Proses refleksi ini sering kali melibatkan pengulangan langkah-langkah berpikir ilmiah yang diuraikan oleh Dewey, mulai dari mengidentifikasi masalah atau kebutuhan, mengumpulkan informasi, hingga menilai hasil dan merencanakan tindakan selanjutnya.

Misalnya, seorang manajer proyek mungkin merefleksikan proyek yang baru saja selesai, menilai apakah tujuan proyek tercapai dengan cara yang paling efisien, dan mengidentifikasi area di mana ada ruang untuk perbaikan. Dengan demikian, refleksi tidak hanya membantu individu meningkatkan kinerja mereka sendiri, tetapi juga berkontribusi pada kesuksesan tim dan organisasi secara keseluruhan.


Kesimpulan

Cara berpikir ilmiah yang dirumuskan oleh John Dewey memberikan panduan yang jelas, sistematis, dan sangat aplikatif dalam menghadapi berbagai masalah. Dengan mengikuti setiap tahap dalam proses berpikir ilmiah ini, kita tidak hanya dapat menemukan solusi yang lebih efektif, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis yang sangat berharga dalam kehidupan sehari-hari. Tahapan yang disusun Dewey memungkinkan kita untuk berproses dengan logika yang terstruktur, yang pada akhirnya menghasilkan keputusan yang lebih tepat dan berdasarkan bukti yang kuat.

Dalam dunia yang semakin kompleks dan penuh dengan tantangan, keterampilan berpikir ilmiah menjadi semakin penting. Kita dihadapkan pada berbagai masalah yang memerlukan solusi yang cepat namun akurat. Dalam konteks ini, pendekatan Dewey menawarkan metode yang dapat diandalkan untuk menghadapi ketidakpastian dan ambiguitas. Dengan melatih diri untuk selalu melalui setiap tahap proses berpikir ilmiah, dari identifikasi masalah hingga refleksi, kita dapat membuat keputusan yang lebih bijaksana, lebih tepat, dan lebih beralasan.

Pendekatan ini tidak hanya penting dalam konteks akademis atau profesional, tetapi juga dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, ketika kita harus memutuskan langkah terbaik untuk menjaga kesehatan kita di tengah pandemi, berpikir secara ilmiah dapat membantu kita mengevaluasi informasi yang ada, memahami risiko, dan memilih tindakan yang paling aman berdasarkan bukti yang tersedia.

Selain itu, pendekatan ini memungkinkan kita untuk terus belajar dan berkembang, baik secara pribadi maupun profesional. Dengan adanya tambahan tahap refleksi dari T. L. Kelley, kita diajak untuk tidak hanya puas dengan solusi yang ada, tetapi juga untuk selalu mencari cara agar proses pemecahan masalah kita semakin baik dari waktu ke waktu. Refleksi ini membantu kita mengevaluasi proses yang telah dilalui, mengenali kesalahan atau kekurangan, dan mengidentifikasi peluang untuk perbaikan di masa mendatang.

Akhirnya, cara berpikir ilmiah bukanlah sesuatu yang hanya diajarkan di sekolah atau universitas, melainkan sebuah pendekatan hidup yang bisa diterapkan dalam berbagai aspek kehidupan. Ini adalah metode yang membantu kita menjadi individu yang lebih kritis, lebih analitis, dan lebih reflektif. Dengan demikian, kita dapat menghadapi tantangan apa pun dengan keyakinan bahwa kita memiliki alat yang diperlukan untuk menemukan solusi yang terbaik. Dengan berpikir ilmiah, kita tidak hanya menyelesaikan masalah yang ada, tetapi juga mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan di masa depan dengan kesiapan yang lebih baik.

Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda merasa terbantu oleh artikel ini, mohon keikhlasannya untuk mendoakan supaya Tuhan selalu melimpahkan kebaikan kepada Bang Fuji sekeluarga. Terima kasih.

REFERENSI
Artikel: 
Berbagai sumber