Pengaruh Tingkat Kemasakan Buah Terhadap Pertumbuhan Bibit Tomat Varietas Berlian
Tomat yang dikenal dengan nama ilmiah Lycospersicum esculentum Mill adalah tumbuhan setahun berbentuk perdu atau semak yang dapat dibudidayakan di tegalan, pekarangan dan ada pula yang ditanam di pot. Di lingkungan perumahan, tanaman tomat banyak dijadikan tanaman warung hidup sehingga dapat dipergunakan dengan mudah untuk kebutuhan sehari-hari.
Kelezatan cita rasa makanan seolah-olah kurang sempurna tanpa kehadiran tomat, baik berupa buah segar atau berupa saus. Selain itu tomat dapat dibuat sebagai minuman, tetapi sebenarnya tomat sudah bisa dinikmati meskipun tanpa melalui proses pengolahan. Bentuk buahnya yang bulat dengan warna merah serta rasanya yang manis-manis asam merupakan daya tarik tersendiri, yang tidak dimiliki oleh buah yang lainnya. (Trisnawati dan Setiawan, 2003: 1).
Sebagian masyarakat menggunakan buah tomat untuk terapi pengobatan karena mengandung karotena yang berfungsi sebagai pembentuk provitamin A dan Lycoppen yang mampu mencegah kanker. Sebagai salah satu bahan untuk terapi pengobatan alami buah tomat berkhasiat untuk mencegah dan mengobati radang usus buntu, membantu penyembuhan penyakit rabun senja, mengobati penyakit yang disebabkan kekurangan vitamin C, membantu mengobati penyakit gigi dan gusi, mempercepat penyembuhan luka, mengobati jerawat, mencegah pembentukan batu empedu pada saluran kencing, membantu penyembuhan skorbut, menjaga stamina serta membantu penyembuhan penyakit liver, encok, TBC, dan asma. (Wiryanta, 2002: 5).
Kebutuhan pasar akan buah tomat dari tahun ke tahun semakin meningkat. Hal ini tercermin dari angka produksi yang terus meningkat. Berdasarkan data hasil produksi sayuran di Jawa Barat, produksi buah tomat berturut-turut adalah 154.551 ton pada tahun 1998, kemudian meningkat lagi pada tahun 1999 mencapai 284.622 ton, pada tahun 2000 mencapai 313.926 ton. Peningkatan angka produksi sebenarnya memperlihatkan bahwa peluang bisnis buah tomat masih terbuka lebar karena suplainya dari tahun ke tahun belum mencukupi. (Dinas Pertanian Tanaman Pangan, 2003: 6).
Dari berbagai segi inilah terasa pentingnya untuk meningkatkan produksi tomat, di antaranya dengan cara memperbaiki teknik budi daya. Pembudidayaan tomat harus dilakukan secara intensif dalam rangka memenuhi kebutuhan konsumen dan sebagai bahan penelitian. Untuk memperbaiki teknik budi daya tomat bisa dilihat dari faktor benih. Benih yang bermutu tinggi dapat dilihat dari proses perkecambahannya.
Untuk mendapatkan tanaman tomat yang baik pasti berasal dari benih yang baik pula. Benih yang baik adalah benih yang sehat, besarnya seragam padat berisi dan cukup tua. Benih tomat yang cukup tua ini biasanya berwarna merah tapi tidak terlalu matang dan tidak lunak.
Proses pemasakan buah terjadi karena adanya rangkaian kompleks perubahan-perubahan morfologi, fisiologi, dan biokimia. Secara morfologi, pemasakan buah adalah terjadinya perubahan warna dan rasa, secara fisiologi dan biokimia pemasakan buah juga menjadi menarik warnanya dan enak rasanya. (Rost, 1979: 8).
Pertumbuhan tomat tidak lepas dari proses perkecambahan. Perkecambahan sebagai tahap pertumbuhan tersebut, dipengaruhi oleh faktor luar dan faktor dalam. Tingkat kemasakan benih merupakan salah satu faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan. ( Sutopo, 2002: 25).
Penelitian tentang aspek budi daya masih belum banyak dilakukan. Mengingat benih sebagai faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan, maka salah satu aspek budi daya yang dimaksud adalah pengaruh tingkat kemasakan benih terhadap perkecambahan dan pertumbuhan bibit. Benih yang dipanen sebelum tingkat kemasakan fisiologisnya tercapai tidak mempunyai viabilitas tinggi. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio belum sempurna. Benih yang belum masak dapat berkecambah dapat berkecambah serta menghasilkan tanaman normal. Tetapi benih tersebut tidak memiliki kekuatan tumbuh dan ketahanan terhadap keadaan yang tidak baik yang dimiliki oleh benih masak. Hal tersebut menjadi dasar penelitian karena tingkat kemasakan benih sebagai faktor dalam yang mempengaruhi perkecambahan tersebut mempunyai beberapa tingkat ketuaan atau tingkat kemasakan. Tingkat kemasakan benih pada saat benih diambil diklasifikasikan menjadi tiga golongan yaitu mature green (hijau matang), red ripe (pecah warna), dan over ripe (merah matang). (Sutopo, 2002: 29).
Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini, silakan baca buku atau sumber informasi yang ada di bagian referensi. Terima kasih.
REFERENSI
Artikel:
Berbagai sumber
Gambar:
Dokumen pribadi