Pengaruh Media Tanam terhadap Berat Basah Tanaman Kangkung
Berat basah tanaman kangkung yang diukur meliputi berat basah tanaman dengan akarnya. Tanaman yang mempunyai tinnggi tanaman lebih tinggi dan diameter batang lebih besar maka berat basah tanaman juga akan lebih besar.
Berdasarkan analisis sidik ragam terhadap berat basah tanaman kangkung dengan akarnya, antara media zeolit, media pasir dan media pecahan batu bata menunjukkan adanya perbedaan yang sangat nyata. Dari hasil Uji Duncan, ternyata antara perlakuan media pasir dan media pecahan batu bata berbeda nyata. Demikian pula antara media pasir dan media zeolit atau antara perlakuan media pecahan batu bata dan media zeolit ditemukan berbeda nyata. Perbedaan tersebut disebabkan oleh karakteristik dari masing-masing media tanam. Media pasir tidak mempunyai kandungan unsur hara dan tidak mempunyai porositas yang baik sehingga pertumbuhan tanaman menjadi lambat dan hasil berat basah tanaman paling rendah dibandingkan media tanam zeolit dan media pecahan batu bata. Sedangkan media pecahan batu bata mempunyai porositas yang baik sehingga dapat menyerap air dan larutan hara dan hasil berat basah tanaman cukup baik. Berbeda dengan media tanam zeolit yang cocok dipakai untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung.
Media zeolit mempunyai sifat-sifat seperti mampu menyerap unsur-unsur hara, meningkatkan proses nitrifikasi, mengandung unsur-unsur hara seperti Na, K, dan Ca, menjaga kelembaban dengan baik, tidak merusak akar serta mempunyai penampilan yang indah (Roni Palungkun dkk : 2002). Bahkan menurut Anna (1996), kangkung yang ditanam pada bekas abu gunung berapi (zeolit) dapat meningkatkan produksi sebesar 208,2 %. Hal itu terbukti bahwa tanaman yang ditempatkan pada media zeolit mempunyai pertumbuhan paling baik dan hasil berat basah tanaman paling bagus.
Hasil analisis statistik dari ketiga jenis media tanam yang paling baik pengaruhnya terhadap berat basah tanaman adalah media tanam zeolit dengan rata-rata 4,95 gram, media pecahan batu bata dengan rata-rata 3,95 gram dan media pasir adalah 2,98 gram.
Perbedaan media tanam mempengaruhi proses fisiologi tumbuhan yaitu pada organ akar dalam kemampuan menyerap air dan berbagai unsur hara pada media tanam untuk diangkut ke bagian organ-organ tanaman. Media tanam berfungsi untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar, menyokong tanaman berdiri serta menahan air dan larutan hara untuk beberapa waktu.
Media tanam dalam fungsinya untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan akar harus dapat menyediakan ruang udara yang baik agar akar tanaman dapat bernapas sehingga air dan unsur-unsur hara diserap akar tanaman. Apabila ruang udara dalam media tanam sempit maka akar tanaman akan mengalami penderitaan bahkan menyebabkan kematian akar. Sebaliknya jika ruang udara terlalu besar akan menimbulkan pemborosan dalam proses defisiensi air. Air merupakan bahan mutlak yang harus ada untuk pertumbuhan tanaman. Maka pengaturan tata air harus diperhatikan untuk mencegah kekurangan atau kelebihan air pada media tanam. Frekuensi penyiraman harus terkontrol agar kelembaban dalam media tanam tetap terjaga. Media tanam harus selalu menyediakan kandungan air yang optimal bagi tanaman. Maka setiap media tanam menunjukkan gejala kekeringan maka harus segera diberikan penyiraman yang tepat.
Sebagai tempat berpijaknya tanaman, media tanam harus mampu menyediakan nutrisi atau makanan bagi tanaman. Unsur hara yang diperlukan tanaman harus selalu tersedia dalam media tanam. Unsur hara tersebut juga didapatkan tanaman dari pemupukan yang dikenal dengan istilah nutrient.
Setiap jenis media tanam memiliki karakteristik yang berbeda-beda sehingga akan memberikan pengaruh yang berbeda pula terhadap pertumbuhan tanaman. Dari analisis statistik dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengukuran dan pengamatan terhadap tinggi tanaman, diameter batang dan berat basah tanaman, media tanam paling baik pengaruhnya terhadap tanaman kangkung adalah media zeolit.
Tanaman yang ditempatkan pada media zeolit (perlakuan A) memiliki pertumbuhan dan hasil yang paling baik dibandingkan dengan tanaman yang ditempatkan pada media pecahan batu bata dan media pasir. Tanaman kangkung pada media zeolit ternyata pertumbuhannya paling bagus karena media zeolit mengandung unsur-unsur hara seperti: Na, K dan Ca serta mampu menyerap unsur-unsur hara yang diberikan dan mengeluarkannya sesuai dengan kebutuhan tanaman. Selain itu media zeolit dapat menjaga kelembaban dengan baik sehingga media ini sangat cocok digunakan sebagai media hidroponik untuk tanaman kangkung. Media zeolit juga tidak merusak akar sehingga akar tanaman tumbuh dengan baik.
Pada media tanam pecahan batu bata (perlakuan C) ternyata hasilnya cukup baik untuk pertumbuhan tanaman kangkung. Media pecahan batu bata memiliki porositas yang baik sehingga termasuk media porus. Media pecahan batu bata sangat baik untuk mengalirkan jumlah air yang berlebih sehingga air dan unsur hara diserap dengan cepat. Namun media ini mudah kering dan tidak memiliki unsur-unsur hara sehingga unsur-unsur hara diperoleh dari larutan nutrisi atau pemupukan saja.
Sedangkan pada media pasir (perlakuan B) ternyata kurang cocok untuk pertumbuhan dan hasil tanaman kangkung. Hal ini dikarenakan media pasir tidak dapat menyerap air dengan baik dan tidak memiliki kandungan unsur hara. Jadi kebutuhan unsur hara hanya mengandalkan dari larutan nutrisi (pemupukan) saja sehingga pertumbuhan tanaman kangkung menjadi lambat.
Namun ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman kangkung yaitu:
- Sinar atau Cahaya
Tumbuhan jauh lebih cepat bertranspirasi bilamana terbuka terhadap cahaya dibandingkan dalam gelap. Hal ini terutama karena cahaya mendorong/merangsang tumbuhnya stomata dan dengan demikian meningkatkan pemindahan udara berisikan uap air dari ruang-ruang udara lapisan bunga karang keluar. Cahaya juga meningkatkan transpirasi dengan menghangatkan daun. Tanaman kangkung yang ditempatkan pada Lathhouse kurang mendapatkan cahaya matahari karena selama masa tanam yaitu 34 hari hujan sering turun sehingga cahaya matahari kurang diperoleh. - Suhu
Tumbuhan bertranspirasi lebih cepat pada suhu lebih tinggi. Pada suhu 300 C daun dapat bertranspirasi tiga kali lebih cepat dibandingkan dengan suhu 200 C. Hal ini disebabkan air menguap lebih cepat pada suhu lebih tinggi dan dalam hal ini, juga meningkatkan kelembaban udara dalam ruang udara dibandingkan yang di luar. Selama masa tanam 34 hari, rata-rata suhu dalam Lathhouse yaitu 29,50 C. Namun menurut Rahmat Rukmana (1994), kangkung memiliki daya adaptasi cukup luas terhadap kondisi iklim dan suhu. - Kelembaban
Laju transpirasi juga dipengaruhi oleh kelembaban nisbi udara sekitar tumbuhan. Berdasarkan hasil pengukuran dengan hygrometer, kelembaban udara di sekitar tanaman kangkung adalah 58 %. Bila difusi air dari ruang udara pada daun yang berisikan uap keluar agak perlahan-lahan apabila udara disekitarnya agak lembab. Sebaliknya bila udara di sekelilingnya kering, maka difusi berlangsung jauh lebih cepat. - Air
Tumbuhan tidak dapat terus bertranspirasi dengan cepat jika kelembaban yang hilang tidak digantikan oleh air. Bila penyerapan air oleh akar tidak dapat mengimbangi laju transpirasi, maka terjadi kekurangan turgor, dan stomata pun menutup. Hal ini dengan segera mengurangi laju transpirasi. Acapkali hilangnya turgor dapat meluas ke bagian-bagian lain dan tanaman-tanaman itu menjadi layu.
Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini, silakan baca buku atau sumber informasi yang ada di bagian referensi. Terima kasih.
REFERENSI
Artikel:
Berbagai sumber
Gambar:
Dokumen pribadi