Gaya Kepemimpinan
Pada saat seorang pemimpin melaksanakan aktivitas kepemimpinannya, seringkali mempunyai gaya yang berbeda dengan pemimpin lainnya. Inilah yang disebut dengan gaya kepemimpinan. Untuk lebih jelasnya, silakan simak uraian Trigonal Media berikut ini.
Menurut Pamudji (1986:123),
Gaya kepemimpinan sangat terpengaruh oleh faham-faham yang dianutnya mengenai kekuatan dan wewenang, sikap mana yang diambilnya terhadap hak dan martabat manusia.
Lebih lanjut Pamudji (1986:122), mengemukakan bahwa gaya kepemimpinan pada dasarnya terbagi atas:
Gaya Motivasi
Yaitu gaya seorang pemimpin dalam menggerakkan bawahannya dengan mempergunakan motivasi, baik yang berupa imbalan ekonomis, maupun dengan memberikan hadiah-hadiah (rewards). Jadi bersifat positif, maupun berupa ancaman hukuman (penalties), sehingga bersifat negatif.
Gaya kepemimpinan ini menurut Sukarna (1990:21) adalah gaya kepemimpinan motivatif, yaitu:
Gaya kepemimpinan yang mampu mengkomunikasikan seluruh ide-idenya, program-programnya dan kebijaksanaan-kebijaksanaannya terhadap yang dipimpinnya, sehingga mereka itu memahami, mengerti, dan mau melaksanakan seluruh ide-ide, program-program, dan seluruh kebijaksanaannya karena dianggap sesuai dengan ide-ide dan pikiran-pikirannya sendiri.
Dari uraian di atas terlihat bahwa gaya kepemimpinan motivatif dapat bersifat positif dan negatif. Dengan pemberian motivasi pemimpin akan mudah memperoleh pengikut yang loyal karena pikiran, perasaan, dan kehendak bawahannya dapat tersalurkan, sehingga bawahan akan bekerja dengan penuh tanggung jawab, kreativ, dan produktiv.
Gaya Kekuasaan
Yaitu pemimpin yang cenderung menggunakan kekuasaan untuk menggerakkan orang-orang. Cara bagaimana ia menggunakan kekuasaan akan menentukan gaya kepemimpinannya. Dalam hal ini, dapat dibedakan antara:
1. Gaya Otokratik
Gaya otokratik kadang-kadang disebut kepemimpinan otoritarian, yaitu pemimpin yang menggantungkan pada kekuasaan formalnya, organisasi dipandang sebagai milik pribadi, mengidentikkan tujuan pribadi dengan tujuan organisasi. Selain itu juga, wewenang dan kekuasaan adalah milik pribadi bersumber pada statusnya sebagai pemimpin.
Definisi gaya kepemimpinan otokratik seperti di atas memperlihatkan bahwa pemimpin merupakan sumber segala-galanya bagi organisasi. Keadaan ini terjadi mengingat penentuan atas segala sesuatu yang ada pada organisasi merupakan pekerjaan yang hanya dilakukan oleh seorang diri, yaitu pemimpin. Akibat yang ditimbulkan dari gaya kepemimpinan seperti ini adalah apabila pemimpin tidak ada, maka kegiatan atau aktivitas organisasi praktis akan terhenti.
Gaya kepemimpinan otokratik seperti di atas, menurut Sukarna (1990:8) adalah merupakan gaya kepemimpinan represif, yang artinya:
Gaya kepemimpinan represif adalah kemampuan mempengaruhi orang-orang atau bawahan agar mau bekerja keras, efektif, dan produktif untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan, dengan cara memberikan tekanan-tekanan, ancaman-ancaman sehingga bawahan itu merasa ketakutan.
2. Gaya Partisipatif
Gaya partisipatif kadang-kadang juga disebut demokratik, yaitu pemimpin yang memandang manusia adalah makhluk yang bermartabat dan harus dihormati hak-haknya. Dalam menggerakkan pengikut lebih banyak mempergunakan persuasi dan memberikan contoh-contoh. Kepentingan dan tujuan organisasi sejauh mungkin diintegrasikan dengan kepentingan dan tujuan pribadi para pengikut, lebih mengutamakan kepentingan organisasi dan kepentingan pengikut daripada kepentingan pemimpin. Suka menerima kritik, saran dan pendapat serta mendorong kelompok untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan dan memberikan informasi yang seluas-luasnya kepada para pengikut.
Adapun mengenai pengertian gaya kepemimpinan partisipatif menurut pendapat Sukarna (1990:11) adalah sebagai berikut:
Gaya kepemimpinan partisipatif adalah di mana pimpinan selalu memberikan kesempatan kepada yang dipimpinnya untuk ikut serta secara aktif, baik mental, spiritual, fisik, maupun material di dalam segala kegiatan yang dilakukan oleh organisasi untuk mencapai tujuan yang dikehendaki. Gaya kepemimpinan partisipatif tidak pernah menghambat atau membendung terhadap inisiatif-inisiatif bawahan untuk mengembangkan diri dan turut serta mengembangkan kemampuannya serta kebolehannya dan kemahirannya di dalam melaksanakan setiap pekerjaan.
Jadi, dalam kepemimpinan gaya partisipatif ini seorang pemimpin mendorong tumbuhnya kepemimpinan dari bawahan yang mempunyai wawasan dan pengetahuan yang luas dalam rangka pengembangan karier selanjutnya. Seorang pemimpin yang baik akan merasa senang jika yang dipimpinnya memperoleh suatu kemajuan yang lebih berharga dan lebih besar dari pada dirinya, karena hal ini merupakan prestasi yang cukup besar baginya, yaitu dapat berhasil membina yang dipimpinnya.
3. Gaya Bebas (Free-rein style)
Gaya bebas yaitu kepemimpinan yang hanya mengikuti kemauan pengikut dan menghindarkan diri dari penggunaan paksaan atau tekanan. Pemimpin lebih banyak memberikan kebebasan kepada pengikut untuk menentukan tujuan organisasi dan dalam menghadapi permasalahan organisasi. Pimpinan sering kali hanya bertindak sebagai perantara saja (contact man) dengan dunia luar untuk menyajikan informasi kepada kelompok.
Di dalam organisasi yang menggunakan gaya bebas (free-rein style), aktivitas anggota organisasi tidak produktif, dan walaupun ada namun tidak seproduktif dari aktivitas organisasi yang pemimpinnya menggunakan gaya kepemimpinan otokratik atau partisipatif. Peran seorang pemimpin di dalam suatu organisasi yang menggunakan gaya bebas hanyalah merupakan sumber informasi bagi anggota atau organisasinya.
Gaya Pengawasan
Yaitu gaya kepemimpinan yang dilandaskan kepada perhatian seorang pemimpin terhadap perilaku kelompok. Dalam hal ini dapat dibedakan antara:
1. Berorientasi kepada pegawai (employee oriented)
Dalam gaya pengawasan ini, pemimpin selalu memperhatikan anak buahnya sebagai manusia yang bermartabat. Pemimpin selalu mengakui kebutuhan-kebutuhan anak buahnya dan menghormati “human dignitiy” (keagungan/martabat kemanusiaan) mereka.
2. Berorientasi kepada produksi (production oriented)
Dalam gaya pengawasan ini, pemimpin selalu memperhatikan proses produksi serta metode-metodenya. Melalui perbaikan metode dan disertai penyesuaian tenaga manusia terhadap metode tersebut, diharapkan akan dicapai hasil yang optimal. Jadi di sini orang-orang harus menyesuaikan diri dengan proses produksi.
Dari uraian di atas terlihat bahwa seorang pemimpin yang melaksanakan gaya pengawasan dapat lebih berorientasi kepada pegawai atau kepada produksi. Tetapi sebaiknya seorang pemimpin lebih mengutamakan “employee oriented” (perhatian kepada pegawai), karena lebih manusiawi dan juga jika pegawai itu merasa diperhatikan maka semangat kerja mereka akan meningkat, sehingga produksi pun akan mencapai hasil yang optimal.
Dari uraian tentang berbagai gaya kepemimpinan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa gaya kepemimpinan adalah
perilaku seorang pemimpin dalam usaha mempengaruhi perilaku bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi.
Gayanya bisa dengan selalu memberi pengarahan tanpa memberikan kesempatan timbulnya partisipasi, ada juga yang selalu mengikutsertakan bawahan dalam setiap kegiatan termasuk dalam pengambilan keputusan, dan bahkan ada juga yang memberikan kebebasan yang mutlak kepada bawahannya.
Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengetahui lebih jauh tentang pembahasan ini, silakan baca buku atau sumber informasi yang ada di bagian referensi. Terima kasih.
REFERENSI
Artikel:
Berbagai sumber
Gambar:
Dokumen pribadi