Pengertian Footnote Ibid, Op. Cit, dan Loc. Cit
Pengertian Footnote Ibid, Op. Cit., dan Loc. Cit. memang sedikit membingungkan, mungkin karena Footnote Ibid, Op. Cit., dan Loc. Cit. ini berasal dari bahasa latin. Tidak jarang hal ini cukup jadi hal yang menyebalkan terutama bagi mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, tesis, ataupun disertasi. Berikut adalah penjelasan Trigonal Media yang mengutip pendapat para ahli.
Aturan Penulisan Ibid
Ibid berasal dari kata ibidem (bahasa Latin) yang artinya "di tempat yang sama dengan di atasnya". Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari sumber yang sama dengan yang telah disebutkan sebelumnya atau di atasnya, tanpa diselingi oleh sumber kutipan lainnya.
Aturannya adalah sebagai berikut:
-
Digunakan jika pengutip mengambil kutipan dari sumber yang sama yang telah ada di bagian sebelumnya tanpa diselingi catatan kaki dari sumber lain. Dengan kata lain, kutipan tersebut berada tetap di atasnya dan tidak diselingi kutipan lain.
-
Ibid tidak dipakai jika ada catatan kaki dari sumber lain yang menyelinginya.
-
Jika catatan yang dikutip halaman bukunya masih sama seperti kutipan sebelumnya, cukup gunakan kata Ibid diikuti tanda titik. Dengan kata lain, jika terdapat dua kutipan dari halaman buku yang sama, maka catatan kaki untuk kutipan kedua hanya menggunakan kata Ibid.
-
Jika yang dikutip sudah berbeda halaman, maka aturan penulisannya: Ibid., halaman.
-
Ibid ditulis dengan huruf kapital pada awal kata, dicetak miring, dan diakhiri tanda titik.
Perhatikan contoh berikut:
1Raihan Batubara, Pemimpin yang Demokratis, (Jakarta: Diona, 2005), 55.
2Ibid.
3Ibid., 56.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
-
Menggunakan Ibid karena merujuk kepada catatan kaki di atasnya tanpa diselingi catatan kaki lainnya.
-
2Ibid. berarti nama pengarang, judul buku, dan halaman sama persis dengan catatan kaki yang di atasnya.
-
3Ibid., 56. berarti nama pengarang dan judul buku sama persis dengan catatan kaki yang di atasnya, hanya berbeda halamannya saja. Halaman sebelumnya 55 dan yang dikutip terakhir halaman 56.
Aturan Penulisan Op. Cit.
Op. Cit. berasal dari kata Opere Citato (bahasa Latin) yang artinya "pada karya yang telah dikutip". Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Istilah ini digunakan untuk menjelaskan bahwa kutipan yang ditulis pada catatan kaki berasal dari sumber yang sama yang telah disebut sebelumnya, namun tidak sama halamannya serta sempat diselingi oleh sumber lain. Istilah Op. Cit. ditulis sesudah menyebutkan nama penulis buku sumber yang dirujuk.
Aturannya adalah sebagai berikut:
-
Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain.
-
Halaman buku yang dikutip berbeda.
-
Penulisannya: nama pengarang, Op. Cit., nomor halaman
-
Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya.
-
Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik.
Perhatikan contoh berikut:
1Raihan Batubara, Pemimpin yang Demokratis, (Jakarta: Diona, 2005), 55.
2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati, (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34.
3Batubara, Op. Cit., 57.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
-
Menggunakan Op. Cit. karena sebelumnya telah diselingi oleh catatan kaki lain, yaitu: 2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati, (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34.
-
Penggunaan 3Batubara, Op. Cit., 57. berarti pengarang (Raihan Batubara) dan bukunya (Pemimpin yang Demokratis) sama, hanya saja halamannya berbeda dengan catatan kaki yang pertama. Halaman sebelumnya 55 dan yang dikutip terakhir halaman 57.
Aturan Penulisan Loc. Cit.
Loc. Cit. berasal dari kata Loco Citato (bahasa Latin) yang artinya "pada tempat yang telah dikutip". Gadung Ismanto2 menjelaskan:
Digunakan dengan teknis yang sama dengan Op. Cit. namun dengan ketentuan bahwa halaman yang dikutip tersebut sama dengan kutipan sebelumnya.
Aturannya adalah sebagai berikut:
-
Digunakan jika menunjuk sumber yang telah disebutkan sebelumnya, tetapi telah diselingi sumber lain.
-
Halaman buku yang dikutip sama.
-
Loc. Cit. tidak perlu memakai nomor halaman karena nomor halamannya sama dengan kutipan sebelumnya.
-
Penulisannya: nama pengarang, Loc. Cit.
-
Jika satu pengarang ada beberapa buku rujukan yang dipakai, setelah nama harus diikuti judul bukunya.
-
Ditulis dengan huruf kapital pada awal suku kata, dicetak miring, dan setiap suku kata diakhiri tanda titik.
Perhatikan contoh berikut:
1Raihan Batubara, Pemimpin yang Demokratis, (Jakarta: Diona, 2005), 55.
2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati, (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34
3Batubara, Loc. Cit.
Dari contoh di atas dapat kita simpulkan:
-
Menggunakan Loc. Cit. karena sebelumnya telah diselingi oleh catatan kaki lain, yaitu: 2Bahar Nasution, Jiwa Nasionalis Sejati, (Yogyakarta: Viro Bolio, 2004), 34.
-
Penggunaan 3Batubara, Loc. Cit. berarti pengarang (Raihan Batubara), buku (Pemimpin yang Demokratis), dan halamannya (halaman 55) sama.
Perlu diingat, bahwa ternyata terdapat perbedaan pendapat mengenai aturan catatan kaki ini. Jadi, akan lebih baik jika sebelumnya Anda mencari informasi terlebih dahulu, mengenai aturan baku penulisan footnote di institusi tempat Anda bernaung.
Jika ada yang ingin ditanyakan atau Anda ingin memberikan koreksi, jangan sungkan untuk menghubungi kami.
Artikel ini dibuat hanya untuk informasi semata. Jika Anda ingin mengutip artikel ini, mohon sertakan tautan hidup ke situs web atau halaman ini. Terima kasih.
REFERENSI
Artikel:
1. Romo Gandung Ismanto. Makna “Ibid”, “Op. Cit”, dan “Loc. Cit”. Tautan: gandung-ismanto.blog.fisip-untirta.ac.id. Diakses pada tanggal: 05/12/2014
2. Ari Kusmiatun. Catatan Kami (Footnote). Tautan: staff.uny.ac.id. Diakses pada tanggal: 05/12/2014
Gambar:
openclipart.org